Berita56,Mamasa — Jumat malam, 1 Agustus 2025, jagat media sosial di Mamasa dihebohkan oleh beredarnya sebuah video siaran langsung yang memperlihatkan seorang pasien lansia dalam kondisi kritis di Puskesmas Nosu, namun tak mendapat penanganan medis.
Video berdurasi lebih dari empat menit itu sontak memantik kemarahan publik dan kembali membongkar persoalan krisis pelayanan kesehatan di wilayah terpencil.
Video tersebut diunggah akun Facebook bernama Karyaindah Rombelinggi.
Dalam rekamannya, tampak tiga pria mengelilingi seorang wanita lanjut usia yang tergeletak di ranjang darurat. Si perekam menyampaikan bahwa pasien telah berada di lokasi selama 15 menit tanpa ada satu pun petugas medis yang menyambut atau melakukan tindakan.
Suaranya terdengar terbata-bata menahan emosi:
“𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔… 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑛𝑖, 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢 15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎,” 𝑢𝑐𝑎𝑝𝑛𝑦𝑎.
Sekitar menit ke-4.40, video tersebut memperlihatkan pasien menghembuskan napas terakhirnya. Tak ada tindakan medis. Tak ada dokter. Tak ada perawat. Hanya kerabat yang menangis dan pasrah.
“𝑆𝑢𝑑𝑎ℎ, 𝑚𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑔𝑖, 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙, 𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑎,” 𝑢𝑗𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑙𝑖𝑟𝑖ℎ.
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Mamasa segera mengeluarkan pernyataan sikap. Mereka menyampaikan dukacita kepada keluarga pasien dan mengecam keras buruknya pelayanan kesehatan yang terjadi di Puskesmas Nosu.
.
“𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛. 𝑆𝑒𝑗𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑃𝑙𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑙𝑎𝑙𝑢, 𝑚𝑎𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛. 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎. 𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑜𝑝𝑜𝑡 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑁𝑜𝑠𝑢 𝑎𝑔𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖,” 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑌𝑢𝑠𝑡𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐺𝐴𝑀𝐾𝐼.
Menurut GAMKI, pencopotan ini penting tidak hanya sebagai tanggung jawab atas insiden tragis, tetapi juga sebagai preseden bagi seluruh Kapus di Mamasa agar lebih serius dalam mengemban tugas kemanusiaan.
Dituding sebagai pihak yang harus bertanggung jawab, Kepala Puskesmas Nosu, Bd. Adolfina Y.T., S.Tr.Keb., akhirnya angkat bicara dan menyampaikan kronologi dari sudut pandangnya.
Dituding sebagai pihak yang harus bertanggung jawab, Kepala Puskesmas Nosu, Bd. Adolfina Y.T., S.Tr.Keb., akhirnya angkat bicara dan menyampaikan kronologi dari sudut pandangnya.
Menurut Adolfina, kejadian berlangsung sangat singkat dan dalam kondisi yang serba mendesak. Sekitar 30 menit sebelum pasien tersebut tiba, petugas jaga meninggalkan Puskesmas untuk mengantar pasien rujukan ke RS Polewali karena ada pasien yang harus dirujuk.
Sementara satu-satunya perawat yang masih berada di gedung sedang menangani pasien bersalin di lantai dua.
“𝐾𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔, 𝑆𝑎𝑡𝑝𝑎𝑚 𝑘𝑎𝑚𝑖 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑔𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠. 𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢. 𝐵𝑢𝑡𝑢ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑗𝑢 𝑘𝑒 𝑃𝐾𝑀, 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑏𝑎, 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙,” 𝑢𝑗𝑎𝑟 𝐴𝑑𝑜𝑙𝑓𝑖𝑛𝑎.
Penjelasan Adolfina tersebut turut dikuatkan oleh satpam yang bertugas saat itu, Soleman Sulle. Ia membenarkan bahwa satu perawat sedang menangani proses persalinan dilantai 2 dan bahwa waktu dari kedatangan pasien hingga meninggal memang berlangsung cepat—sekitar 10 menit.
Adolfina juga menegaskan bahwa kejadian ini tidak semata-mata karena kelalaian petugas, tetapi mencerminkan persoalan struktural yang lebih dalam: minimnya sumber daya manusia.
Puskesmas Nosu, kata dia, saat ini tidak memiliki dokter dan hanya mengandalkan empat tenaga kesehatan yang harus berjaga secara bergiliran selama 24 jam.
“𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎. 𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝 𝑃𝑒𝑚𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎. 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑘𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑠𝑎𝑘 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖,” 𝑢𝑗𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎.
Peristiwa ini menjadi cermin buram bagi wajah pelayanan kesehatan di daerah-daerah terluar, seperti Nosu. Akses terbatas, tenaga medis minim, dan sistem koordinasi yang lemah, semuanya menyatu menjadi kondisi krisis yang selama ini kerap diabaikan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak keluarga pasien belum memberikan keterangan resmi. Namun video tersebut telah ditonton lebih dari 20.000 kali dan menuai ribuan komentar yang mengecam serta mempertanyakan komitmen pemerintah dalam memastikan hak dasar masyarakat: kesehatan.
Tragedi Puskesmas Nosu bukan sekadar insiden. Ia adalah peringatan keras. Tentang betapa mahalnya sebuah nyawa ketika sistem tak bekerja. Tentang bagaimana satu kelalaian kecil di ujung pelayanan, bisa menjadi tragedi besar di mata publik.
Sudah waktunya semua pihak berbenah. Karena rakyat tidak butuh janji, mereka butuh jaminan—bahwa ketika sakit, akan ada tangan yang sigap, bukan kamera yang merekam akhir hidup mereka.(*𝑳𝒆𝒐)