Berita56,Toraja Utara – Gema bambu, tarian sakral, dan nyanyian leluhur dari barat Sulawesi akan menggetarkan panggung budaya The Legend of Pongtiku 2025, Selasa malam ini, 8 Juli 2025, di Alun-Alun Rantepao, Toraja Utara.
Untuk pertama kalinya, Pemerintah Kabupaten Mamasa tampil sebagai tamu kehormatan melalui pertunjukan khusus bertajuk “Mamasa Night”, menandai momentum penting dalam merajut kembali ikatan kultural Toraja Timur dan Toraja Barat.
Dalam pentas budaya ini, Kabupaten Mamasa tidak hanya hadir untuk menampilkan seni tradisionalnya, tetapi juga membawa semangat kolaborasi antarwilayah yang kini semakin kuat dalam payung Toraja Raya. Keikutsertaan ini sekaligus menegaskan peran Mamasa dalam jaringan budaya dan pariwisata Sulawesi yang sedang dibangun secara strategis oleh pemerintah provinsi dan pusat.
“𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑁𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑛𝑖. 𝐼𝑛𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛. 𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑚𝑢, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑠𝑎𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑝𝑎,” 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑠 𝐵𝑢𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎, 𝑊𝑒𝑙𝑒𝑚 𝑆𝑎𝑚𝑏𝑜𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖, 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎.
Pertunjukan ini akan menghadirkan tarian-tarian adat, musik tradisional pompang, paduan suara etnik, hingga penampilan teatrikal yang menggambarkan warisan nilai dan kisah perjuangan masyarakat Mamasa. Para seniman muda dari Bumi Kondosapata menjadi garda depan dalam menampilkan kekayaan budaya yang sarat makna.
Festival budaya yang diinisiasi Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) ini bukan semata ajang pertunjukan, melainkan ruang strategis membangun diplomasi budaya, ekonomi, dan solidaritas antarwilayah Toraja Raya: Mamasa, Tana Toraja, dan Toraja Utara.
Tahun ini, acara yang berlangsung 8–11 Juli 2025 ini juga menjadi titik awal dialog pembangunan strategis kawasan tengah Indonesia.
Tahun ini, acara yang berlangsung 8–11 Juli 2025 ini juga menjadi titik awal dialog pembangunan strategis kawasan tengah Indonesia.
Pada pembukaan seminar nasional sehari sebelumnya bertema “𝗣𝗲𝗿𝗮𝗻 𝗦𝘂𝗹𝗮𝘄𝗲𝘀𝗶 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗜𝗻𝘁𝗲𝗿𝗸𝗼𝗻𝗲𝗸𝘀𝗶 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗶 𝟭𝟬𝟬 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮”, Bupati Mamasa hadir bersama puluhan kepala daerah dan tiga gubernur (Sulut, Sultra, Kalimantan Utara). Momentum ini menunjukkan bahwa Mamasa kini aktif berperan dalam percakapan pembangunan lintas pulau.
“𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑟𝑎𝑗𝑎–𝑀𝑎𝑛𝑎𝑑𝑜 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑑𝑎𝑦𝑎. 𝐼𝑛𝑖 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎, 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖,” 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑢𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑊𝑒𝑙𝑒𝑚 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎-𝑠𝑒𝑙𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑘𝑢𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ.
Di hadapan para kepala daerah se-Sulawesi dan pengurus PMTI, Ketua Umum PMTI, Mayjen TNI (Purn) Yulius S. Lumba, secara resmi mengumumkan bahwa Kabupaten Mamasa akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan PMTI tahun 2026 bertajuk “Amazing Mamasa II”, yang akan dirangkaikan dengan event tahunan “Bulan Mamase”.
Bupati Mamasa menyambut baik penunjukan tersebut dan menyatakan akan mempersiapkan secara maksimal semua unsur—mulai dari infrastruktur, atraksi budaya, hingga jejaring diaspora—agar Mamasa benar-benar siap menerima tamu budaya dari berbagai penjuru Indonesia.
“𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑎𝑠𝑝𝑜𝑟𝑎 𝑇𝑜𝑟𝑎𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑦𝑎. 𝐼𝑛𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑔𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑖𝑡𝑎,” 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑠 𝑊𝑒𝑙𝑒𝑚.
Mamasa Night telah menjadi lebih dari sekadar pertunjukan. Ia adalah ruang kontemplatif sekaligus gerakan strategis untuk menyatukan generasi Toraja Raya dari berbagai penjuru. Budaya yang ditampilkan bukan hanya warisan, melainkan jembatan menuju masa depan bersama.
“𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎. 𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑜𝑠𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑛𝑦𝑎𝑛𝑦𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑙𝑢ℎ𝑢𝑟, 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛, 𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇𝑜𝑟𝑎𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑦𝑎,” 𝑢𝑐𝑎𝑝 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑖𝑚𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑖𝑙 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑖.
Dengan partisipasi aktif Mamasa dalam The Legend of Pongtiku 2025, identitas Toraja sebagai satu entitas budaya kini menemukan relevansi barunya—bukan hanya dalam narasi sejarah, tetapi dalam panggung pembangunan dan diplomasi regional.(*.𝑳𝒆𝒐)