Aktivis pejuang Kabupaten Mamasa, Heince Demmabuttu,
.
Berita56,Mamasa -– Aktivis pejuang Kabupaten Mamasa yang juga mantan anggota DPRD Sulbar, Heince Demmabuttu, melontarkan kritik konstruktif terhadap komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan sektor pariwisata, khususnya pada objek wisata unggulan Air Terjun Sambabo yang terletak di Desa Ulumambi Barat, Kecamatan Bambang.
Heince mengungkapkan, sejak tahun 2003 sektor pariwisata sudah disebut sebagai andalan dalam pengantar Nota Keuangan yang disampaikan oleh Bupati saat itu, Said Saggaf. Namun, dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), alokasi dana untuk sektor ini hanya tercatat sebesar Rp36 juta.
“𝐼𝑛𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑡𝑜𝑟𝑖𝑘𝑎, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛. 𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑡𝑢𝑙-𝑏𝑒𝑡𝑢𝑙 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑑𝑎𝑙𝑎𝑛, ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎. 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2003 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑎𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙,” 𝑘𝑎𝑡𝑎 𝐻𝑒𝑖𝑛𝑐𝑒
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎, 𝑅𝑎𝑏𝑢 (06/08/2025) 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚.
Ia juga menyebut bahwa pada masa kepemimpinan Bupati Ramlan Badawi, sudah pernah dilakukan kunjungan langsung ke Air Terjun Sambabo, bahkan dengan berjalan kaki. Namun, menurut Heince, selama dua belas tahun menjabat, tidak ada loncatan berarti yang bisa dirasakan publik.
“𝑅𝑎𝑚𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑙𝑢 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑏𝑎𝑏𝑜, 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑖. 𝑇𝑎𝑝𝑖 12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑤𝑎𝑐𝑎𝑛𝑎, 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑜𝑏𝑜𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖. 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑢𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑊𝑒𝑙𝑒𝑚 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑏𝑎𝑏𝑜. 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢, 𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝐴𝑃𝐵𝐷 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑖𝑛𝑖 𝑑𝑎𝑛 2026 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘,” 𝑢𝑗𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎.
Heince menyoroti bahwa ada bagian penting dalam pengembangan sektor pariwisata yang tidak bisa digantikan oleh perorangan atau pihak swasta, yaitu infrastruktur. Menurutnya, pemerintah memiliki peran vital dalam membuka akses jalan, membangun fasilitas dasar, dan memastikan kenyamanan pengunjung.
“𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑔, 𝑏𝑖𝑘𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑚𝑜𝑠𝑖, 𝑚𝑎𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑡𝑢. 𝑇𝑎𝑝𝑖 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛, 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ, 𝑀𝐶𝐾, 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎? 𝐼𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ. 𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎, 𝑦𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 ‘𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔’ – 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑘𝑛𝑎,” 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎.
Air Terjun Sambabo saat ini semakin dikenal luas setelah disebut sebagai air terjun tertinggi ke-3 di Asia. Meski potensinya besar, akses jalan menuju lokasi masih menjadi tantangan utama bagi wisatawan dan pelaku usaha lokal.
Heince berharap Pemda Mamasa tidak lagi berhenti pada pernyataan normatif, tetapi mulai menunjukkan keseriusan dengan keberpihakan anggaran yang nyata dalam APBD.
“𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑤𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠, 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑒𝑗𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛. 𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑠𝑒𝑟𝑖𝑢𝑠, 𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝐴𝑃𝐵𝐷,” 𝑝𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑛𝑦𝑎.(*.𝑳𝒆𝒐)